Kamis, 12 Juli 2012

67 dosa besar




67 DOSA BESAR
1.    Syirik kepada allah
2.    Membunuh jiwa yang tidak benar
3.    Shihir
4.    Meninggalkan shalat 5 waktu
5.    Tidak mau zakat
6.    Mokel puasa tanpa ada udzur secara shar’i
7.    Meninggalkan haji/ tidak mau haji padahal dia mampu
8.    Menyakiti kedua orang tua
9.    Tidak mau menyapa kepada keluarga dekat
10.           Zina
11.           Sodimi
12.           Riba
13.           Makan harta anak yatim secara dzolim
14.           Berdusta atas nama allah
15.           Lari dari perang
16.           Imam yang dayus= acuh tak acuh
17.           Sombong
18.           Saksi palsu
19.           Minum arak
20.           Judi
21.           Menuduh perbutan zina kepada wanita terhormat
22.           Khianat/ mencuri harta rampasan walaupun yang di curi bernilai 1 jarum
23.           Mencuri
24.           Merampas harta orang di jalan (begal)
25.           Nganioyo/melakukan perpindahan hak atas hartanya secara tidak benar
26.           Sumpah palsu
27.           Malak
28.           Makan barang haram dan mendapatkannya dengan segala cara.
29.           Bunuh diri
30.           Pendusta
31.           Juru hukum yang jelek
32.           Mengambil suap dalam urusan hukum
33.           Perempuan yang menyerupai laki-laki (atau sebaliknya).
34.           Membiarakan keburukan pada keluarganya ( tidak punya rasa cemburu/ dayus)
35.           Kencing tidak cewok
36.           Riak
37.           Kianat
38.           Ngundat-ngundat
39.           Mendusta kodar/ tidak percaya kodar
40.           Mencari kesalahan orang lain
41.           Mengadu domba
42.           Suka  melaknat
43.           Menyalahi janji
44.           Mempercayai dukun
45.           Istri yang menentang dan durhak pada suaminya
46.           Pelukis gambar pentol
47.           Menangis sambil memukul pipi, merobek pakaiannya, mencukur kepala dan meratapi nasib
48.           Sombong dan anggak-anggakan antara 1 dengan yang lain
49.           Memfitnah, memperlakukan tidak baik kepada orang lemah, budak sahaja, budak wanita, istri, maupun binatang ternak
50.           Menyakiti tetangga
51.           Menyakiti dan mencaci maki orang iman
52.           Menyakiti hamba-hamba allah dan memperpanjang keberatan mereka
53.           Nglemberehke kain menutupi mata kaki dan melabuhkan kain sirwal untuk mencari kemulyaan dunia. “Nglemberehke kain menutupi mata kaki hukumnya sombong”
54.           Memakai sutra dan emas bagi laki-laki
55.           Hamba sahaja yang lari dari majikannya
56.           Menyembelih binatang dengan niat selain krono allah.
57.           Mengakui sebagai bapak kandungnya kepada orang yang bukan haknya.
58.           Berdebat masalah al qur’an
59.           Melarang kelebihan air di ladang untuk orang lain (pelit).
60.           Mengurangi takerang (dalam perdagangan)
61.           Merasa aman dari siksa allah
62.           Meninggalkan shalat jamaah tanpa udzur
63.           Terus menerus meninggalkan shalat jum’at tanpa ada udzur
64.           Melakukan tipu daya
65.           Memata-matai orang islam dan menunjukkan rahasia mereka
66.           Membenarkan dalam urusan maksiat
67.           Mencaci maki salah satu sahabat nabi.

Sabtu, 14 April 2012

tugas UTS PMA

Assalamualaikum Wr. Wb.
Info Untuk Teman-teman PBSID' 09 kelas VI A. Bagi yang mengikuti perkuliahan PMA, Rambu-rambu penugasaan UTS
saya lampirkan datanya di bawah ini. Sedangkan untuk materi 'PP ' perkuliahan bisa mengcopy filenya. Silahkan dicopy dan dipersiapkan semuanya dengan baik.
SEMANGAT !!!!!!

UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata Kuliah : Pengembanga Materi Ajar Bahasa dan Sastra Indonesia SLP/...SLA
Jurusan/Fak : PBSID
Semester : VI
Pengampu : Har
un Joko Prayitno
Waktu : Penugasan [dikumpulkan Jumat 20 April 2012 di RS7],
Sifat : Mandiri, bebas dari plagiasi (mencuri), falsifikasi (menipu), dan fabrikasi
(merekayasa).
Catatan : Untuk tertib administrasi, dimohon dapat hadir menandatangani presensi
pada saat mata kuliah ini diujikan.

Petunjuk Umum:
1. Gunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk mengerjakan ujian tengah semester berupa tugas (resitasi) penyusunan perangkat pembelajaran dan pengembangan materi ajar MPBSI pada sekolah lanjutan (SMP/SMA/SMK/MA/MAK).
2. Tugas ditulis tangan rapi.

Petunjuk Khusus:
1. Rancanglah perangkat pembelajaran dan pengembangan materi ajar pada sekolah lanjutan (SMP/SMA/SMK/MA/MAK) berupa: (a) silabus, (b) RPP, dan (c) satu unit atau satu subunit materi pembelajaran MPBSI pada sekolah tersebut!
2. Pengembangan silabus, minimal terdiri atas:
a. SK,
b. KD,
c. Materi pembelajaran,
d. Kegiatan pembelajaran,
e. Idikator,
f. Penilaian, dan
g. Sumber belajar.
3. RPP, sekurang-kurangnya memuat:
a. Perumusan tujuan/kompetensi,
b. Pemilihan dan pengorganisasian materi,
c. Pemilihan sumber/media pembelajaran,
d. Skenario pembelajaran, dan
e. Penilaian proses dan hasil belajar.
4. Rancang satu unit atau satu subunit materi pembelajaran MPBSI [diutamakan sastra, kesantunan berbahasa, atau yang terkait dengan pembentukan karakter] minimal terdiri atas:
a. Materi kegiatan awal (pengantar materi)
b. Materi kegiatan inti (materi utama)
c. Materi kegiatan lanjutan (materi pemantapan/pembahasan)
d. Soal/tugas/uji kemampuan dan proses penilaian
e. Rangkuman/refleksi pembelajaran
f. Glosarium (kalau ada)
g. Daftar pustaka dan sumber bahan
5. Catatan tambahan:
a. Lengkapi dengan media pembelajaran yang akan digunakan!
b. Sajikan dengan, setidaknya, materi tayang PW!
c. Perangkat pembelajaran dan pengembangan materi ajar sebagaimana di atas akan di-workshop-kan secara individual dan random pada pertemuan setelah ujian tengah semester.

Sumber; Yetty prastika adelina

Minggu, 25 Maret 2012

Pendekatan Whole Language


Pendekatan Whole Language

Whole Language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran dan tentang orang-orang yang terlibat dalam pembelajara. Orang-orang yang dimaksud adalah siswa dan guru. Whole Language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) diajarkan secara terpadu. Anda da[at mencoba menerapkannya dengan mengetahui komponen-komponen yang tedapat dalam Whole Language.

Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan komponen Whole Language, yaitu :

  1. Reading aloud

  2. Journal writing

  3. Sustained silent reading

  4. Shared reading

  5. Guided reading

  6. Guided writing

  7. Independent reading

  8. Independent writing

Nah sekarang mari kita pelajari komponen Whole Language tersebut satu per satu. Mari kita mulai dengan reading aloud.

Reading aloud

Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita lainnya dan membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang baik sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Kegiatan ini sangat bermanfaat terutama jika dilakukan di kelas rendah.

Manfaat yang didapat dari reading aloud, antara lain : meningkatkan keterampilan menyimak, memperkaya kosa kata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting adalah menumbuhkan minat baca pada siswa. Reading aloud juga dapat dilakukan dan baik dilakukan di kelas tinggi. Reading aloud dilakukan setiap hari saat mulai pelajaran.

Journal writing

Journal writing atau menulis jurnal. Bagi guru yang menerapkan Whole Language, menulis jurnal adalah komponen yang dapat dengan mudah diterapkan. Jurnal merupakan sarana yang aman bagi siswa untuk mengungkapkan perasaannya, menceritakan kejadian di sekitarnya, membeberkan hasil belajarnya, dan menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan.

Menulis jurnal bukanlah tugas yang harus dinilai namun guru berkewajiban untuk membaca jurnal yang ditulis anak dan memberi komentar atau respons terhadap tulisan tersebut sehingga ada dialog antara guru dan siswa.

Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari kegiatan menulis jurnal ini. Manfaat tersebut, antara lain sebagai berikut :

  1. Meningkatkan kemampuan menulis. Dengan menulis jurnal siswa akan terbiasa mengungkapkan pikirannya dalam bentuk tulisan yang kemudian membantunya untuk mengembangkan kemampuan menulis.

  2. Meningkatkan kemampuan membaca. Siswa secara spontan akan membaca hasil tulisannya sendiri setiap ia selesai menulis jurnal.

  3. Menumbuhkan keberanian menghadapi resiko. Menulis jurnal bukanlah kegiatan yang harus dinilai maka siswa tidak perlu takut untuk berbuat salah. Kesempatan ini dapat digunakan sebagai sarana untuk bereksplorasi.

  4. Memberi kesempatan untuk membuat refleksi. Melalui jurnal siswa dapat merefleksi apa yang telag dipelajarinya atau dilakukannya.

  5. Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi. Kejadian apa saja yang dialami oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah dapat diungkapkan dalam jurnal. Dengan menghargai apa yang ditulis siswa akan membuat siswa merasa dihargai.

  6. Memberikan tempat yang akam dan rahasia untuk menulis. Terutama untuk siswa kelas tinggi, jurnal adalah sarana untuk mengungkapkan perasaan pribadi. Jurnal ini sering disebut diary atau buku harian. Untuk jurnal jenis ini siswa boleh memilih apakah guru boleh membaca jurnalnya atau tidak.

  7. Meningkatkan kemampuan berpikir. Dengan meminta siswa menulis jurnal berarti melatih mereka melakukan proses berpikir, mereka berusaha mengingat kembali, memilih kejadian mana yang akan diceritakan, dan menyusun informasi yang dimiliki menjadi cerita yang dapat dipahami pembaca.

  8. Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis. Melalui menulis jurnal siswa belajar tata cara menulis, seperti penggunaan huruf besar, tanda baca dan struktur kalimat (tata bahasa). Siswa juga mulia menulis dengan menggunakan topik, judul, halaman, dan subtopik. Mereka juga menggunakan bentuk tulisan yang berbeda, seperti dialog (percakapan) dan cerita bersambung. Semua ini diajarkan tidak secara formal.

  9. Menjadi alat evaluasi. Siswa dapat melihat kembali jurnal yang ditulisnya dan menilai sendiri kemampuan menulisnya. Mereka dapat melihat komentar atau respons guru atas kemajuannya.

  10. Menjadi dokumen tertulis. Journal writing dapat digunakan siswa sebagai dokumen tertulis mengenai perkembangan hidup atau pribadinya. Setelah mereka dewasa, mereka dapat melihat kembali hal-hal apa yang pernah anggap penting pada waktu dulu.

Sustained silent reading

Komponen Whole Language yang ketiga adalah sustained silent reading (SSR). SSR adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibavanya. Biarkan siswa untuk memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca bacaan tersebut.

Guru dapat memberi contoh sikap membaca dalam hati yang baik sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam hati untuk waktu yang cukup lama. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa melalui kegiatan ini adalah :

  1. Membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan.

  2. Membaca dapat dilakukan oleh siapapun.

  3. Membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut.

  4. Siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu yang cukup lama.

  5. Guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca.

  6. Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang dibacanya setelah kegiatan SSR berakhir.

Shared reading

Komponen Whole Language yang keempat adalah shared reading. Shared reading ini adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa dimana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi. Ada beberapa cara melakukan kegiatan ini, yaitu :

  1. Guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah).

  2. Guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada buku.

  3. Siswa membaca bergiliran.

Maksud kegiatan ini adalah :

  1. Sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk memperhatikan guru membaca sebagai model.

  2. Memberikan kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan membacanya.

  3. Siswa yang masih kurang terampil dalam membaca mendapat contoh membaca yang benar.

Dalam hal ini, anda telah melakukan shared reading. Sebaiknya anda meneruskan kegiatan ini dengan melibatkan keterampilan lain, seperti berbicara dan menulis agar kegiatan Anda menjadi kegiatan berbahasa yang utuh dan riel.

Guided reading

Komponen Whole Language yang kelima adalah guided reading. Tidak seperti pada shared reading, dimana guru lebih berperan sebagai model dalam membaca, dalam guided reading atau disebut juga membaca terbimbing, guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam guided reading semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekedar pertanyaan pemahaman. Kegiatan ini merupakan kegiatan membaca yang penting dilakukan di kelas.

Guided writing

Komponen Whole Language yang keenam adalah guided writing atau menulis terbimbing. Dalam menulis terbimbing peran guru adalah sebagai fasilitator, membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaiman menulisnya dengan jelas, sistematis dan menarik. Guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur, sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk. Dalam kegiatan ini proses writing, seperti memilih topik, membuat draft, memperbaiki, dan mengedit dilakukan sendiroi oleh siswa.

Independent reading

Komponen Whole Language yang ketujuh adalah independent reading. Independent reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana siswa berlesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca bebas merupakan bagian integral dari Whole Language. Dalam independent reading siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun berubah dari seorang pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator, dan pemberi respons. Menurut penelitian yang dilakukan Anderson dkk (1988), membaca bebas yang diberikan secara rutin walaupun hanya 10 menit sehari dapat meningkatkan kemampuan membaca pada siswa.

Dalam memperkenalkan buku, sebaiknya anda juga membahas tentang pengarang dan ilustrator yang biasanya tertuis di halaman akhir. Jika tidak ada keterangan tertulis tentang pengarang atau ilustrator, anda paling tidak dapat menyebutkan nama-nama mereka atau tambahkan sedikit informasi yang anda ketahui. Hal ini penting dilakukan agar siswa sadar, bahwa sesungguhnya buku itu ditulis oleh manusia bukan mesin.

Buku yang dibaca siswa untuk independent reading tidak selalu harus didapat dari perpustakaan sekolah atau kelas atau disiapkan guru. Siswa dapat saja mendapatkan buku daru berbagai sumber seperti perpustakaan kota/kabupaten, buku-buku yang ada di rumah, di toko buku, pinjam teman atau dari sumber lainnya.

Independent writing

Komponen Whole Language yang kedelapan adalah independen writing atau menulis bebas, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dalam menulis bebas siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa ada intervensi dari guru. Siswa bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk dalam independent writing antara laian menulis jurnal, dan menulis respons.

Jangan mencoba menerapkan semua komponen sekaligus karena akan membingungkan siswa. Contoh dengan satu komponen dulu dan perhatikan hasilnya. Jika siswa telah terbiasa menggunakan komponen tersebut kemudian mencoba lagi menerapkan komponen yang lain.

C. Ciri-Ciri Kelas Whole Language

Ada tujuh ciri yang menandakan kelas Whole Language. Pertama, kelas yang menerapkan Whole Language penuh dengan barang cetakan. Barang-barang tersebut tergantung di dinding, pintu, dan furniture. Label yang dibuat siswa ditempel pada meja, kabinet, dan sudut belajar. Poster hasil kerja siswa menghiasi dinding dan bulletin board. Karya tulis siswa dan chart yang dibuat siswa menggantikan bulletin board yang dibuat guru. Salah satu sudut kelas diubah menjadi perpustakaan yang dilengkapi berbagai jenis buku.

Kedua, di kelas Whole Language siswa belajar melalui model atau contoh. Guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Over Head Projector (OHP) dan transparansi digunakan untuk memperagakan proses menulis. Siswa mendengarkan cerita melalui tape recorder untuk mendapatkan contoh membaca yang benar.

Ketiga, di kelas Whole Language siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya. Agar siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya maka di kelas tersedia buku dan materi yang menunjang.

Keempat, dikelas Whole Language siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Peran guru di kelas Whole Language lebih sebagai fasilitator dan siswa mengambil alih beberapa tanggung jawab  yang biasanya dilakukan guru. Siswa membuat kumpulan kata (words banks), melakukan brainstorming dan mengumpulkan fakta. Pekerjaan siswa ditulis pada chart dan terpampang di seluruh ruangan. Siswa menjaga kebersihan dan kerapian kelas.

Kelima, di kelas Whole Language siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna. Siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang membantu mengembangkan rasa tanggung jawab dan tidak tergantung. Siswa terlibat dalam kegiatan kelompok kecil atau keinginan individual.

Keenam, di kelas Whole Language siswa berani mengambil resiko dan bebas bereksperimen. Guru di kelas Whole Language menyediakan kegiatan belajar dalam berbagai tingkat kemampuan sehingga semua siswa dapat berhasil. Hasil tulisan siswa dipajang tanpa ada tanda koreksi. Contoh hasil kerja setiap siswa terpampang di seputar ruang kelas.

Ketujuh, di kelas Whole Language siswa mendapat balikan (feedback) positif baik dari guru maupun temannya. Ciri kelas Whole Language, bahwa pemberian feedback dilakukan dengan segera. Meja ditata berkelompok agar memungkinkan siswa berdiskusi, berkolaborasi, dan melakukan konferensi. Konferensi antara guru dan siswa memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penilaian diri dan melihat perkembangan diri. Siswa yang mempresentasikan hasil tulisannya mendapatkan respons positif dari temannya. Hal ini dapat membangkitkan rasa percaya diri.

D. Penilaian dalam Kelas Whole Language

Di dalam kelas Whole Language, guru senantiasa memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa. Secara informal, selama pembelajaran berlangsung, guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan siswa berdiskusi baik dalam kelompok ataupun diskusi kelas. Ketika siswa bercakap-cakap dengan temannya atau dengan guru, penilaian juga dilakukan, bahkan guru juga memberikan penilaian saat siswa bermain selama waktu istirahat.

Kemudian, penilaian juga berlangsung ketika siswa dan guru mengadakan konferensi, guru memberikan penilaian pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Selain penilaian informal, penilaian juga dilakukan dengan menggunakan portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa selama kegiatan pembelajaran. Dengan portofolio perkembangan siswa dapat terlihat secara otentik.

 

Keterampilan proses

Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapa dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut” (Azhar, 1993: 7)
Sedangkan “menurut Conny (1990 : 23) pendekatan keterampilan proses adalah pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus”.


Berdasarkan uraiaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik, dan sosial untuk menemukan fakta dan konsep  maupun pengembangan sikap dan nilai melalui proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa (CBSA) sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik.

Dimiyati (2002: 138) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa adalah :
  • Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan
  • Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
  • Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.

Dari pembahasan tentang pengertian keterampilan proses (PKP) dapat diartikan bahwa pendekatan keterampilan proses dalam penerapannya secara langsung memberikan kesempatan siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuan karena penerapan pendekatan keterampilan proses menekankan dalam memperoleh ilmu pengetahuan siswa hendaknya menanamkan sikap dan nilai sebagai seorang ilmuan.



2.    Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses

Menurut Dimiyati, mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses (PKP) perlu diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
  1. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
  2. Pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar didapatkan agar hasil belajar yang optimal
  3. Penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ini. (Dimiyati, 2002: 137)
Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti mengaktifkan murid dalam kegiatan belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa aktif (CBSA) yang mengembangkan keterampilan proses yang dimaksud dengan keterampilan di sini adalah kemampuan fisik dan mental yang mendasar  sebagai penggerak kemampuan-kemampuan lain dalam individu.

Sedangkan Conny (1990 : 14). mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang melandasi perlu diterapkan pendekatan keterampila proses (PKP) dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
  1. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
  2. Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkrit.
  3. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus persen penemuannya bersifat relatif 
  4. Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskand ari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
3.     Pola Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)

Dalam pola pelaksanaan keterampilan proses, hendaknya guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Asas pelaksanaan keterampilan proses

Menurut (Azhar, 1993) dalam melaksanakan pendekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  • Harus sesuai dan selalu berpedoman pada tujuan kurikuler, serta pembelajaran yang berupa TPU dan TPK.
  • Harus berpegang pada dasar pemikiran bahwa semua siswa mempunyai kemampuan (potensi) sesuai dengan kudratnya.
  • Harus memberi kesempatan, penghargaan dan movitasi kepada peserta didik untuk berpendapat, berfikir dan mengungkapkan perasaan dan pikiran.
  • Siswa pembinaan harus berdasarkan pengalaman belajar siswa.
  • Perlu mengupayakan agar pembina mengarah pada kemampuan siswa untuk mengola hasil temuannya.
  • Harus berpegang pada prinsip "Tut Wuri Handayani". Memperhatikan azas-azas tersebut, nampaknya yang menjadi titik perkenannya adalah siswa itu adalah siswa itu sendiri sebagai subyek didik dan juga guru dalam melaksanakan pendekatan keterampilan proses benar-benar memperkirakan perbedaan masing-masing siswa.

b.    Bentuk dan pelaksanaan pendekatan keterampilan proses (PKP)

Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses kepada peserta didik secara klasikal. Kelompok kecil ataupun individual. Maka kegiatan tersebut harus mengamati kepada pembangkitan kemampuan dan keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial (menurut Funk dalam Dimiyati, 1999). Adapun keterampilan yang mendasar dimaksud adalah :


a. Mengamati/observasi 
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu keterampilan ilmiah yang paling mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain (Funk 1985 dalam Dimiyati, 1909 :142).

Kegiatan mengamati, menurut penulis dapat dilakukan dengan panca indera seperti melihat, mendengar, meraba, mencium dan mengecap. Hal ini sejalan dengan pendapat (Djamarah, 2000 :89). Bahwa "kegiatan mengamati dapat dilakukan peserta didik melalui kegiatan belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan mengumpulkan dan atau informasi.

Jadi kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca indera. Pada dasarnya mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupu sekilas mengandung pengertian yang sama. Melihat belum tentu mengamati, karena setiap hari mungkin peserta didik melihat beraneka ragam tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di sekitarnya, tetapi sekedar melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya tanaman, hewan tersebut berkembang dari kecil hingga menjadi besar.


b.    Mengklasifikasikan

Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai obyek peristiwa berdasarkan 
sifat-sifat khsususnya. Sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari obyek yang dimaksud, (Dimiyati, 1999 :142).

Untuk melakukan kegiatan mengkalasifikasik menurut Djamarah adalah "peserta didik dapat belajar melalui proses : mencari persamaan (menyamakan, mengkombinasikan, menggolongkan dan mengelompokkan( Djamarah, 2000 : 89).

Melalui keterampilan mengklasifikasi peserta didik diharapkan mampu membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka sehingga apa yang mereka lihat sehari-harii dapat menambah pengetahuan dasar mereka.


c.    Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai "menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahua dalam bentuk suara, visual atau secara visual" (Dimiyati, 1993:143). Kegiatan mengkomunikasi dapat berkembanga dengan baik pada diri peserta didik apabila mereka melakukan aktivitas seperti : berdiskusi, mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan  dalam bentuk lisan, tulisan, gambar dan penampilan” (Djamarah, 2000).

Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa mengkomunikasikan bukan berarti hanya melalui berbicara saja tetapi bisa juga dengan gambar, tulisan bahkan penampilan dan mungkin lebih baik dari pada berbicara.


d.    Mengukur

Keterampilan mengukur sangat penting dilakukan agar peserta didik dapat mengobservasi dalam bentuk kuantitatif. Mengukur dapat diartikan "membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan" (Dimiyati, 1999 : 144).

Adapun kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan mengukur peserta didik menurut Conny (1992 :21). Dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa membandingkan luas kelas, volume balok, kecakapan mobil dan sebagainya.

Kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik berbeda-beda tergantung dari tingkat sekolah mereka, karena semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan pengukuran yang dikerjakan.


e.    Memprediksi

Memprediksi adalah "antisipasi atau perbuatan ramalan tentang sesuatu hal yang akan terjadi di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan pada pola kecendrungan tertentu, atau hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144).

Menurut (Djamarah, 2000) untuk mengembangkan keterampilan memprediksi dapat dilakukan oleh peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada kecendrungan/pola. Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya memprediksi waktu tertibnya matahari yang telah diobservasi, memprediksikan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan kendaraan dengan yang berkecepatan tertentu.

Pada prinsipnya memprediksi, observasi dan menarik kesimpulan merupakan tiga hal yang berbeda, hal tersebut dapat dibatasi sebagai berikut : "kegiatan yang dilakukan melalui panca indera dapat disebut dengan observasi dan menarik kesimpulan dapat diungkapkan dengan, mengapat hal itu bisa terjadi sedangkan kegiatan observasi yang telah dilakukan apa yang akan diharapkan".


f.    Menyimpulkan

Menyimpulkan dapat diartikan sebagai "suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu. Objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui (Dimiyati, 1999: 145).

Kegiatan yang menampakkan keterampilan menyimpulkan misalnya: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat. Peserta didik dapat menyimpulkan bahwa lilin bisa menyala apabila ada oksigen. Kegiatan menyimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan sebagai pengembangan keterampilan peserta didik yang dimulai dari kegiatan observasi lapangan tentang apa yang ada di alam ini.


c.    Langkah-langkah melaksanakan keterampilan proses

Untuk dapat melaksanakan kegiatan keterampilan proses dalam pembelajaran guru harus melakuka  langkah-langkah sebagai berikut:


1.    Pendahuluan atau pemanasan

Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah mengarahkan peserta didik pada pokok permasalahan agar mereka siap, baik mental emosional maupun fisik.

Kegiatan pendahuluan atau pemanasan tersebut berupa:
  • Pengulasan atau pengumpulan bahan yang pernah dialami peserta didik yang ada hubungannya dengan bahan yang akan diajarkan.
  • Kegiatan menggugah dan mengarahkan perhatian perserta didik dengan mengajukan pertanyaan, pendapat dan saran, menunjukkan gambar atau benda lain yang berhubungan dengan materi yang akan diberikan.
2.    Pelaksanaan proses belajar megnajar atau bagian inti

Dalam kegiatan proses pembelajaran suatu materi, seperti yang dikemukakan di depan hendaknya selalu mengikutsertakan secara aktif akan dapat mengembangkan kemampuan proses berupa mengamati, mengklasifikasi, menginteraksikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta mengkunikasikan hasil perolehannya yang pada dasarnya telah ada pada diri peserta didik.

Sedangkan menurut Djamarah (2002 :92) kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah proses belajar mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses, meliputi :
  1. Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi, gambar, modal, bangan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
  2. Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan terhadap bahan pelajaran tersebut.
  3. Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal dan peristiwa atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.
  4. Meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
Menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau diperoleh dari kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.
Merencanakan penelitian umpamanya mengadakan percobaan sehubungan dengan masalah yang belum terselesaikan.
Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi, ceramah mengarang dan lain-lain.

3.    Penutup

Setelah melaksanakan proses belajar tersebut, hendaknya sebagai seorang pendidik untuk
  1. Mengkaji ulang kegiatan yang telah dilaksanakan serta merumuskan hasil yang telah diperolehnya
  2. Mengadakan tes akhir
  3. Memberikan tugas-tugas lain . Pendekatan Keterampilan Proses