Whole Language adalah cara untuk menyatukan
pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran dan tentang orang-orang yang
terlibat dalam pembelajara. Orang-orang yang dimaksud adalah siswa dan guru.
Whole Language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan
secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis)
diajarkan secara terpadu. Anda da[at mencoba menerapkannya dengan mengetahui
komponen-komponen yang tedapat dalam Whole Language.
Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada
delapan komponen Whole Language, yaitu :
Reading aloud
Journal writing
Sustained silent reading
Shared reading
Guided reading
Guided writing
Independent reading
Independent writing
Nah sekarang mari kita pelajari komponen Whole
Language tersebut satu per satu. Mari kita mulai dengan reading aloud.
Reading aloud
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang
dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat
dalam buku teks atau buku cerita lainnya dan membacakannya dengan suara keras
dan intonasi yang baik sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati
ceritanya. Kegiatan ini sangat bermanfaat terutama jika dilakukan di kelas
rendah.
Manfaat yang didapat dari reading aloud, antara
lain : meningkatkan keterampilan menyimak, memperkaya kosa kata, membantu
meningkatkan membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting adalah menumbuhkan
minat baca pada siswa. Reading aloud juga dapat dilakukan dan baik dilakukan di
kelas tinggi. Reading aloud dilakukan setiap hari saat mulai pelajaran.
Journal writing
Journal writing atau menulis jurnal. Bagi guru
yang menerapkan Whole Language, menulis jurnal adalah komponen yang dapat
dengan mudah diterapkan. Jurnal merupakan sarana yang aman bagi siswa untuk
mengungkapkan perasaannya, menceritakan kejadian di sekitarnya, membeberkan
hasil belajarnya, dan menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan.
Menulis jurnal bukanlah tugas yang harus dinilai
namun guru berkewajiban untuk membaca jurnal yang ditulis anak dan memberi
komentar atau respons terhadap tulisan tersebut sehingga ada dialog antara guru
dan siswa.
Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari
kegiatan menulis jurnal ini. Manfaat tersebut, antara lain sebagai berikut :
Meningkatkan kemampuan menulis. Dengan menulis jurnal siswa
akan terbiasa mengungkapkan pikirannya dalam bentuk tulisan yang kemudian
membantunya untuk mengembangkan kemampuan menulis.
Meningkatkan kemampuan membaca. Siswa secara spontan akan
membaca hasil tulisannya sendiri setiap ia selesai menulis jurnal.
Menumbuhkan keberanian menghadapi resiko. Menulis jurnal
bukanlah kegiatan yang harus dinilai maka siswa tidak perlu takut untuk
berbuat salah. Kesempatan ini dapat digunakan sebagai sarana untuk
bereksplorasi.
Memberi kesempatan untuk membuat refleksi. Melalui jurnal
siswa dapat merefleksi apa yang telag dipelajarinya atau dilakukannya.
Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi. Kejadian apa
saja yang dialami oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah dapat
diungkapkan dalam jurnal. Dengan menghargai apa yang ditulis siswa akan
membuat siswa merasa dihargai.
Memberikan tempat yang akam dan rahasia untuk menulis.
Terutama untuk siswa kelas tinggi, jurnal adalah sarana untuk
mengungkapkan perasaan pribadi. Jurnal ini sering disebut diary atau buku
harian. Untuk jurnal jenis ini siswa boleh memilih apakah guru boleh
membaca jurnalnya atau tidak.
Meningkatkan kemampuan berpikir. Dengan meminta siswa menulis
jurnal berarti melatih mereka melakukan proses berpikir, mereka berusaha
mengingat kembali, memilih kejadian mana yang akan diceritakan, dan
menyusun informasi yang dimiliki menjadi cerita yang dapat dipahami
pembaca.
Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis. Melalui
menulis jurnal siswa belajar tata cara menulis, seperti penggunaan huruf
besar, tanda baca dan struktur kalimat (tata bahasa). Siswa juga mulia
menulis dengan menggunakan topik, judul, halaman, dan subtopik. Mereka
juga menggunakan bentuk tulisan yang berbeda, seperti dialog (percakapan)
dan cerita bersambung. Semua ini diajarkan tidak secara formal.
Menjadi alat evaluasi. Siswa dapat melihat kembali jurnal
yang ditulisnya dan menilai sendiri kemampuan menulisnya. Mereka dapat
melihat komentar atau respons guru atas kemajuannya.
Menjadi dokumen tertulis. Journal writing dapat digunakan
siswa sebagai dokumen tertulis mengenai perkembangan hidup atau
pribadinya. Setelah mereka dewasa, mereka dapat melihat kembali hal-hal
apa yang pernah anggap penting pada waktu dulu.
Sustained silent reading
Komponen Whole Language yang ketiga adalah
sustained silent reading (SSR). SSR adalah kegiatan membaca dalam hati yang
dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih
sendiri buku atau materi yang akan dibavanya. Biarkan siswa untuk memilih bacaan
yang sesuai dengan kemampuannya sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca
bacaan tersebut.
Guru dapat memberi contoh sikap membaca dalam
hati yang baik sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam hati
untuk waktu yang cukup lama. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa melalui
kegiatan ini adalah :
Membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan.
Membaca dapat dilakukan oleh siapapun.
Membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku
tersebut.
Siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannya dalam
waktu yang cukup lama.
Guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca.
Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang
dibacanya setelah kegiatan SSR berakhir.
Shared reading
Komponen Whole Language yang keempat adalah
shared reading. Shared reading ini adalah kegiatan membaca bersama antara guru
dan siswa dimana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya. Kegiatan
ini dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi. Ada beberapa
cara melakukan kegiatan ini, yaitu :
Guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah).
Guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang
tertera pada buku.
Siswa membaca bergiliran.
Maksud kegiatan ini adalah :
Sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk
memperhatikan guru membaca sebagai model.
Memberikan kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan
membacanya.
Siswa yang masih kurang terampil dalam membaca mendapat
contoh membaca yang benar.
Dalam hal ini, anda telah melakukan shared reading.
Sebaiknya anda meneruskan kegiatan ini dengan melibatkan keterampilan lain,
seperti berbicara dan menulis agar kegiatan Anda menjadi kegiatan berbahasa
yang utuh dan riel.
Guided reading
Komponen Whole Language yang kelima adalah guided
reading. Tidak seperti pada shared reading, dimana guru lebih berperan sebagai
model dalam membaca, dalam guided reading atau disebut juga membaca terbimbing,
guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam guided reading semua siswa membaca
dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan yang meminta
siswa menjawab dengan kritis, bukan sekedar pertanyaan pemahaman. Kegiatan ini
merupakan kegiatan membaca yang penting dilakukan di kelas.
Guided writing
Komponen Whole Language yang keenam adalah guided
writing atau menulis terbimbing. Dalam menulis terbimbing peran guru adalah
sebagai fasilitator, membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan
bagaiman menulisnya dengan jelas, sistematis dan menarik. Guru bertindak
sebagai pendorong bukan pengatur, sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk.
Dalam kegiatan ini proses writing, seperti memilih topik, membuat draft,
memperbaiki, dan mengedit dilakukan sendiroi oleh siswa.
Independent reading
Komponen Whole Language yang ketujuh adalah
independent reading. Independent reading atau membaca bebas adalah kegiatan
membaca, dimana siswa berlesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin
dibacanya. Membaca bebas merupakan bagian integral dari Whole Language. Dalam
independent reading siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya
sehingga peran guru pun berubah dari seorang pemrakarsa, model, dan pemberi
tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator, dan pemberi respons. Menurut
penelitian yang dilakukan Anderson dkk (1988), membaca bebas yang diberikan
secara rutin walaupun hanya 10 menit sehari dapat meningkatkan kemampuan
membaca pada siswa.
Dalam memperkenalkan buku, sebaiknya anda juga
membahas tentang pengarang dan ilustrator yang biasanya tertuis di halaman
akhir. Jika tidak ada keterangan tertulis tentang pengarang atau ilustrator,
anda paling tidak dapat menyebutkan nama-nama mereka atau tambahkan sedikit
informasi yang anda ketahui. Hal ini penting dilakukan agar siswa sadar, bahwa
sesungguhnya buku itu ditulis oleh manusia bukan mesin.
Buku yang dibaca siswa untuk independent reading
tidak selalu harus didapat dari perpustakaan sekolah atau kelas atau disiapkan
guru. Siswa dapat saja mendapatkan buku daru berbagai sumber seperti
perpustakaan kota/kabupaten, buku-buku yang ada di rumah, di toko buku, pinjam
teman atau dari sumber lainnya.
Independent writing
Komponen Whole Language yang kedelapan adalah
independen writing atau menulis bebas, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir
kritis. Dalam menulis bebas siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa ada
intervensi dari guru. Siswa bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses menulis.
Jenis menulis yang termasuk dalam independent writing antara laian menulis jurnal,
dan menulis respons.
Jangan mencoba menerapkan semua komponen
sekaligus karena akan membingungkan siswa. Contoh dengan satu komponen dulu dan
perhatikan hasilnya. Jika siswa telah terbiasa menggunakan komponen tersebut
kemudian mencoba lagi menerapkan komponen yang lain.
C. Ciri-Ciri Kelas Whole Language
Ada tujuh ciri yang menandakan kelas Whole
Language. Pertama, kelas yang menerapkan Whole Language penuh dengan barang
cetakan. Barang-barang tersebut tergantung di dinding, pintu, dan furniture.
Label yang dibuat siswa ditempel pada meja, kabinet, dan sudut belajar. Poster
hasil kerja siswa menghiasi dinding dan bulletin board. Karya tulis siswa dan
chart yang dibuat siswa menggantikan bulletin board yang dibuat guru. Salah
satu sudut kelas diubah menjadi perpustakaan yang dilengkapi berbagai jenis
buku.
Kedua, di kelas Whole Language siswa belajar
melalui model atau contoh. Guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan
membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Over Head Projector (OHP) dan
transparansi digunakan untuk memperagakan proses menulis. Siswa mendengarkan
cerita melalui tape recorder untuk mendapatkan contoh membaca yang benar.
Ketiga, di kelas Whole Language siswa bekerja dan
belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya. Agar siswa dapat belajar sesuai
dengan tingkat perkembangannya maka di kelas tersedia buku dan materi yang
menunjang.
Keempat, dikelas Whole Language siswa berbagi
tanggung jawab dalam pembelajaran. Peran guru di kelas Whole Language lebih
sebagai fasilitator dan siswa mengambil alih beberapa tanggung jawab yang
biasanya dilakukan guru. Siswa membuat kumpulan kata (words banks), melakukan
brainstorming dan mengumpulkan fakta. Pekerjaan siswa ditulis pada chart dan
terpampang di seluruh ruangan. Siswa menjaga kebersihan dan kerapian kelas.
Kelima, di kelas Whole Language siswa terlibat
secara aktif dalam pembelajaran bermakna. Siswa secara aktif terlibat dalam
kegiatan pembelajaran yang membantu mengembangkan rasa tanggung jawab dan tidak
tergantung. Siswa terlibat dalam kegiatan kelompok kecil atau keinginan
individual.
Keenam, di kelas Whole Language siswa berani
mengambil resiko dan bebas bereksperimen. Guru di kelas Whole Language
menyediakan kegiatan belajar dalam berbagai tingkat kemampuan sehingga semua
siswa dapat berhasil. Hasil tulisan siswa dipajang tanpa ada tanda koreksi.
Contoh hasil kerja setiap siswa terpampang di seputar ruang kelas.
Ketujuh, di kelas Whole Language siswa mendapat
balikan (feedback) positif baik dari guru maupun temannya. Ciri kelas Whole
Language, bahwa pemberian feedback dilakukan dengan segera. Meja ditata
berkelompok agar memungkinkan siswa berdiskusi, berkolaborasi, dan melakukan
konferensi. Konferensi antara guru dan siswa memberi kesempatan pada siswa
untuk melakukan penilaian diri dan melihat perkembangan diri. Siswa yang
mempresentasikan hasil tulisannya mendapatkan respons positif dari temannya.
Hal ini dapat membangkitkan rasa percaya diri.
D. Penilaian dalam Kelas Whole Language
Di dalam kelas Whole Language, guru senantiasa
memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa. Secara informal, selama
pembelajaran berlangsung, guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan siswa
berdiskusi baik dalam kelompok ataupun diskusi kelas. Ketika siswa
bercakap-cakap dengan temannya atau dengan guru, penilaian juga dilakukan,
bahkan guru juga memberikan penilaian saat siswa bermain selama waktu
istirahat.
Kemudian, penilaian juga berlangsung ketika siswa
dan guru mengadakan konferensi, guru memberikan penilaian pada siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
Selain penilaian informal, penilaian juga
dilakukan dengan menggunakan portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil kerja
siswa selama kegiatan pembelajaran. Dengan portofolio perkembangan siswa dapat
terlihat secara otentik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar